Minggu, 10 April 2011

Lanjutan ' Rasa yang Tersembunyi'

malam harinya

"ehm, hai andi!" sapaku melalui chat.

"eh, hai!" "lg ngapain?" sapa balik andi.

"hmmm, lagi gak ngapa-ngapain sih. jadi bingung mau ngobrolin apa." "lanjutan tadi siang apaan?"

"gak tau. lupa!" "udah obrolan baru aja." "gimana kabarnya ara tuh?" canda Andi, tapi aku menanggapinya serius.

"eh? perasaan dia baik-baik aja." jawabku tersipu malu. "yaudahlah lupain aja Ara. toh dia udah punya pacar."

"siapa pacarnya? lo ya?" Andi bercanda lagi.

"ya nggak mungkin lah!!" "palingan juga temen sekelasnya."

"lah? kok tau?" "ngasih peje gak dia?"

"tau-lah!! tadi kan pas pergi ke toko buku, gue liat dia. terus gue gak jadi kesana."

"kenapa? cakit ati ya? udah udah, jangan galau..."

"pasti galau dulu lah!! yaa, itu bakalan menghilang dengan sendirinya. layaknya cinta yang tumbuh dengan sendirinya, tapi kalau tersakiti dia akan menghilang juga dengan sendirinya."

"weeetseh, anak kecil bahasanya berat!!"

"iya gue tau, gue kelahiran 96. tapi kan gue berada dilingkungan yang kelahirannya 95, jadi kebawa tua deh!!"

"iya deh, ade!!"

"ah, udahan dah! bete lama-lama sama Andi." "mendingan tidur."

"eh, jangan ngambek dulu dong!!" cegah Andi

"tapi ini ngantuk beneran. lagian ngajakin chat malem banget." sebenernya berbohong. ya, mau gimana lagi. bosen kalo ngomongin Ara terus.

"besok ada acara gak?"

"enggak, orang rumah besok bakalan pergi. mau ngajak kemana?"

"mau ngajak makan siang, bisa?"

"wah, bisa dong. apalagi kalau ditraktir!!" "traktir ya Andi, temenku yang baiiiiiiik!!"

"iya, iya. mau gue jemput atau enggak?" tawaran yang terus berlangsung.

"ng, gak usah deh! berangkat sendiri aja." "udah ya aku mau tidur, bye, good night, sweet dream."

"good night and sweet dream. mimpiin gue ya!!" Andi itu bercanda terus.

"kebagusan mimpiin lo! mending mimpiin skandar keynes. skandar keynes tuh kan ganteng!!"

"kan skandar keynes gak beda jauh sama gue.. yaudah tidur sana!"

"oke. sampai ketemu besok."

...keesokan harinya...

Dalam perjalanan, sembari mendengarkan lagu dengan volume sekeras-kerasnya. Jalan cukup sepi, jadi ku kendarai mobil sedikit ngebut. Kira-kira 100km/jam. Aku menghindari seorang nenek yang sedang menabrak, dan tiba-tiba...

"Karina mana? udah sejam masa gak dateng. ditelfon juga gak bisa. kalo gue pulang, ntar dianya ngambek. atau kerumahnya aja ya?" tanya Andi pada dirinya sendiri. "iya, itu ide yang bagus. tapi kenapa perasaanku gak enak ya?"

"ada keributan apa pak?" saat dalam perjalanan Andi bertanya pada seseorang yang ada dikerumunan.

"itu nak, ada yang kecelakaan. kamu kenal sama orang ini?" jawab seorang bapak

"Oh, God! itu mobilnya Karina." "Pak pengendaranya sekarang dibawa kerumah sakit mana?" tanya Andi lagi.

"Dilarikan kerumah sakit terdekat sini. Tapi saya kurang tau tepatnya dimana."

"Terima kasih, pak!" Andi terburu-buru mencari lokasi rumah sakit terdekat dimana Karina dirawat.

"Maaf mba. ada pasien yang dibawa kesini karena kecelakaan?"

"Ada, atas nama siapa?" jawab seorang petugas administrasi

"atas nama Karina." jawab Andi sambil terengah-engah.

"maaf mas ini siapanya ya?"

"saya sepupunya." jawab Andi.

"pasien masih diruang UGD. silahkan tunggu."

Andi segera menuju ruang UGD, tapi ia hanya bisa menunggu dari luar dan berdoa semoga keadaan Karina baik-baik. Seorang dokter kemudian  keluar dari ruang UGD.

"Maaf, anda anggota keluarga dari pasien?" tanya seorang dokter yang keluar dari ruanga UGD

"Iya, dok! bagaimana keadaanya?"

"pasien kekurangan banyak darah, mungkin darah anda cocok dengan pasien."

"Silahkan periksa saya dok! semoga cocok dengannya." harap-harap cemas raut wajah Andi.

"Suster, tolong periksa golongan darah keluarga pasien agar dapat didonorkan" kata dokter kepada seorang suster. Setelah diperiksa, ternyata golongan darah Andi cocok dengan golongan darah Karina. Andi juga dalam kondisi sehat, jadi bisa mendonorkan darahnya.

Satu menit, satu jam, satu malam, Andi menunggu dikoridor depan ruang UGD. Kemudian keluarga Karina datang.
"Maaf nak, anda siapa ya? bagaimana keadaan Karina? apakah sudah membaik?" tanya seorang perempuan yang ternyata ibunya Karina.

"Oh, kenalin tante saya temannya. Andi."

"Terima kasih nak, sudah menjaga Karina." "Tante lihat keadaan Karina dulu." tidak lama ibunya Karina keluar dari ruang perawatan.

"Andi kamu tidak pulang? biar tante yang jagain Karina."

"Saya saja yang jagain Karina. Tante kan lelah baru pulang berpergian, lebih baik tante yang istirahat." tawar Andi

"yakin kamu mau jagain Karina?"

"iya tante, aku bakalan jagain Karina sebisa mungkin."

"tante tinggal dulu ya."

"iya, hati-hati tante."

Setelah Karina dipindahkan ke ruang perawatan. Disana Andi menunggu Karina, dan berbicara pada Karina yang terbaring.

"Karina, cepet sembuh ya.. Harusnya kemarin aku yang jemput kamu dirumah. Bukan kamu yang pergi sendirian." "aku akan selalu disampingmu untuk mastiin kamu baik-baik, karena aku sayang sama kamu." penyesalan yang dicurahkan Andi terdengar olehku. Namun, aku tetap memejamkan mata. "maaf, aku gak bisa jagain kamu dengan baik." dan perlahan aku mulai bicara

"Mungkin malah terlalu baik. Udah jagain aku selama aku terbaring, disini, sendirian"

"Rin, kamu udah sadar?" shock Andi yang mendengarku berbicara

"Iya, terima kasih ya." jawabku sekaligus berterima kasih, ditambah senyuman.

"Mulai saat ini, aku bakalan jagain kamu lebih waspada dari kemarin-kemarin." "Aku janji" janji Andi padaku dengan sangat tulus terucap.

...the end...

0 comments:

Posting Komentar